Maaf jika tulisan berikut bukan tulisan asli saya. Tapi saya suka banget tulisan ini. Karya Dee berikut pernah saya masukkan dalam buku buatan saya untuk ulang tahun suami yang ke-25. Sebagai pengingat saja, bahwa sebenarnya sang Ibu mengalami proses yang begitu sakral ketika mengandung bayinya, sama seperti yang saya rasakan saat ini ^^ Hope you guys enjoy it!
***
Beberapa hari lagi sebelum
kehadiranmu atau bahkan beberapa jam? Aku tak persis tahu. Banyak yang ingin
kuucapkan, tapi sepertinya kau yang sudah tahu. Sekian lama kita bernapas
bersama. Bergerak bersama. Merasa bersama. Kau begitu dekat bahkan bersatu
dengan tubuhku, tapi tetap saja, disini aku menanti kehadiranmu.
Perjalananmu kelak hanya dari
perutku menuju dekapanku. Namun itulah perjalanan yang akan mengubah kita
berdua. Mengubah dunia.
Saat kau tiba, aku tak lagi
menjadi manusia yang sama. Dan kau juga akan melihat dunia yang berbeda: terra firma. Selapis kulit saja tabir
yang membatasi kita, tapi sungguh berkuasa.
Rimba Amniotik |
Perjalananmu, kata kau dulu,
adalah perjalanan yang akan mengingatkan mereka yang lupa, termasuk aku. Keterpisahan
adalah ilusi. Dunia jasad dan dunia roh. Dunia materi dan dunia energi.
Hanyalah dua sisi dari koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya
berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup, kau dan aku, kita semua
hanya berjalan menembusi satu tabir itu saja. Membolak-balik koin yang sama.
Menyebrangi selapis kulit dan daging sebagaimana yang membatasi kita ini.
Kau datang dengan segala
kegenapan. Kau datang bahkan sudah dengan nama. Kau datang dengan segala
pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau juga akan sejenak lupa, begitu katamu
dulu. Sama seperti kita semua yang dibuat lupa saat menyebrangi tabir itu. Tolong
ingatkan aku, pintamu. Aku memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada
satu sama lain, lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat
kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin ini.
Entah bagaimana harus aku
mencintaimu. Kau lebih seperti guru sekaligus sahabat. Waktu kau tiba dalam
bentuk mungil dan rapuh nanti, biarlah alam yang mengajarkanku untuk
mencintaimu lagi dari nol. Seolah kita tak pernah bertemu sebelumnya. Seolah
kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa. Karena dalam bahasa
jiwa, semua “seolah” yang kusebut barusan tiada guna. Waktu, usia, dan perbedaan
jasad kita lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin dimana kita sekarang
tinggal. Harus yang harus direngkuh dan diterima.
Sembilan bulan ini mereka
bilang aku tengah mengandungmu. Aku ingin bilang mereka salah. Kamulah yang
mengandungku. Seorang ibu yang mengandung anak di rahimnya, sesungguhnya sedang
berada dalam rahim yang lebih besar lagi. Dalam rahim itu, sang ibu dibentuk
dan ditempa. Embrio kecil itu mengemudikan hati, tubuh, dan hidupnya.
Terima kasih telah
mengandungku. Menempatkanku dalam rimba amniotik dimana aku belajar ulang untuk
mengapung bersama hidup, untuk berserah dan menerima apapun yang kau
persembahkan. Kini dan nanti. Manis, pahit, sakit, senang. Kau ajari aku untuk
berenang bersama itu semua, sebagaimana kau tengah berenang dalam tubuhku dan
merasakan apa yang kurasa, mengecap apa yang kumakan, menghirup udara yang
kuendus – tanpa bisa pilih-pilih. Kau terima semua yang kupersembahkan bagimu.
Terima kasih untuk perjalanan
ini. Untuk pilihanmu datang melalui aku. Untuk proses yang tak selalu mudah
tapi selalu indah.
No comments:
Post a Comment