6/3/15

#2 : Isi Langit

Aku dan mungkin kamu suatu saat nanti akan tahu bahwa langit tidak pernah benar-benar kosong. Kita tahu itu. Meski ketika kita mendongakkan kepala ke atas, yang terlihat hanya biru monoton. Atau mungkin dihias saputan putih halus tipis yang tak banyak arti. Entah awan atau kumpulan angin yang membeku. Kita tahu langit tidak pernah benar-benar kosong. Penglihatan kitalah yang tidak sampai kepada isinya.

 
Isi Langit Kosong

Ini tentang belasan yang kelak akan tumbuh menjadi ribuan pertanyaan tentangmu.

Setiap kali ku elus perut kecil ini dengan membisikkan do'a Nabi Zakaria, satu pertanyaan hadir, "Dengarkah kau di dalam sana apa yang baru saja kuucapkan?" Lalu pertanyaan-pertanyaan lainnya membuntuti. "Apa kau sedang bergerak? Tersenyum? Atau bingung lalu diam saja?" "Gelap kah disana? Bagaimana kau bernapas? Apa makanan yang kumakan bisa kau serap?"

"Maaf jika aku kurang memperhatikanmu, mulai Juni ini akan ada waktu khusus untuk kita berdua bercakap. Meski aku seperti sedang berbicara dengan langit kosong, tak akan kudapati jawaban atau sekedar sapa darimu detik itu juga, aku yakin kau mendengarkan."

“Bagaimana bentukmu sekarang?”

Aku hanya bisa menerka dari buku-buku yang kubaca. Kepalamu mulai membulat. Wajahmu mulai tampak nyata. Benarkah? Bagaimana bentuk rupamu? Akan sepertiku atau seorang laki-aki yang kucintai yang akan kau panggil Abi? Apa kau akan memiliki alis yang tebal seperti ayahmu? Atau bibir yang sulit sekali untuk melengkung indah saat tersenyum seperti ibumu, yaitu aku?

Kubaca paragraf pertama. Minggu ke-8.

“Pada akhir masa embrional ini ... jantung dan otak janin menjadi semakin kompleks ...”

Aku menahan napas. Kau ... hidup? Kau ... ada di dalam tubuhku?

Kubaca paragraf pertama. Minggu ke-9.

“Masa ini adalah tahapan kritis saat pembentukan organ tubuh janin ...”

Aku tak benar-benar yakin berapa usiamu sekarang. 8 minggu? 9 minggu? Sungguh .. engkau calon anakku ... akan usiamu saja, aku tak tahu. Mereka bilang aku akan jadi ibumu. Namun sudah berapa lama kau hidup saja aku tak tahu. Kau sedang berada di langit kosong itu. Penglihatanku akan wujudmu tak akan sampai kepadaku hingga waktunya. Kepada Tuhan saja, kuyakinkan diriku engkau ada. Engkau tumbuh. Engkau hidup. Engkau merasa. Engkau mendengarkan. Engkau akan menyapaku. Jika Allah menghendaki. Aamiin.

“Jadi aku harus bagaimana?”

Jika kau berumur 9 minggu dan sedang melewati masa kritis itu, aku berdo’a agar kau kuat. Seperti umi dan abimu. Ya? Tolong kuatlah, Nak.

Kau hidup di langit kosong perutku. Kau ada di dalam tubuhku. Kau sebentuk ragu yang selalu kutanamkan keyakinan akan wujudnya kamu. Kau kumpulan perkiraan yang sulit dipastikan. Kau ciptaaan Tuhan dari do’a yang tak mungkin dihitung. Kau gunungan sabar yang kerap lahir saat aku mual tanpa mengenal waktu. Kau hembusan napas suamiku yang melihat istrinya terjatuh lelah dan tenggelam dalam pelukannya. Kau adalah segala kata yang ada, Anakku.

"Bismillahirrahmaanirrahiim. Allahummahfidz maa fi bathnii wasyfihii antasy-sya'fi wa aafihii antalmu'aafi washawwirhu shuurata jamiilata hasanata waj'alhu shahiihan kaamilan 'aaliman 'aaqilan haadziqan sa'iidan ghaniyyan muwaffaqan lilkhairaati yad'uu liwaalidaihi. Allaahummaj'alhu waladan shaalihan yad'uu liwaalidaihi. Allaahumma athil 'umurahuu fith-thaa'ati wa shahhih jasadahuu wa hassin khalqahuu wa afshih lisaanatu wa ahsin shawnauu wa ghanaahuu liqiraa-atil qur'aani wal haditsi warzuqhul 'aafiyata fiddunyaa wal aakhirati birahmatika yaa arhamaaraahimiin.
 
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Wahai Tuhanku, jagalah apa yang terkandung dalam perutku, sembuhkanlah ia karena Engkaulah Zat Penyembuh, sejahterakanlah ia karena Engkaulah Zat Yang Menyejahterakan, dan bentuklah ia dengan bentuk yang bagus dan baik, jadikanlah ia dalam keadaan yang seseha-sehatnya, menjadi orang yang berilmu dan beramal, menjadi orang yang berakal dan cerdas, menjadi orang yang bahagia kaya lagi mengunjungi tanah haram (Makkah). Wahai Tuhanku, jadikanlah ia anak yang shaleh yang mau mendoakan kedua orangtuanya, berbakti kepada keduanya, dan taat kepada-Mu serta utusan-Mu. Wahai Tuhanku, panjangkanlah umurnya dalam menjalankan ketaatan, sehatkanlah tubuhnya, baguskanlah kejadiannya dan budi pekertinya, fasihkanlah lisannya, merdukanlah suaranya dan iramanya dalam membaca Al Qur'an dan Hadits, dan berilah ia rezeki kesejahteraan di dunia dan akhirat, dengan rahmat-Mu wahai Zat yang paling Belas Kasih di antara semua yang belas kasih."

Kau adalah isi langit yang ingin segera kulihat.

No comments:

Post a Comment