8/14/13

Air dan Makna CD-Worker

Menjadi community development worker alias CD-worker (pekerja pengembangan masyarakat) selain merupakan pekerjaan otak (kreativitas) juga merupakan pekerjaan hati. Itulah yang saya bisa simpulkan dari diskusi hangat bersama Ibu Tri Mumpuni dan Pak Iskandar di Butterfly Heaven, Kampung Panaruban, Desa Cicadas, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang pada siang yang sejuk dan dingin.

Bertemu dengan beliau-beliau ini memang luar biasa. Suatu kebanggaan tersendiri bagi saya dapat bertemu langsung dengan dua otak di balik kesejahteraan Desa Cintamekar dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Itu loh teknologi pembangkit listrik denganeknik yang sangat dibutuhkan dalam ide yang kita bawa untuk masyarakat. Pas bang tenaga penggerak aliran air, bukan bahan bakar minyak yang mulai langka. For your information, Ibu Tri Mumpuni itu alumni IPB lho, sedangkan Pak Iskandar lulusan ITB. “Kita ini pasangan serasi. Ibu lulusan kampus yang memang merakyat. Saya anak tet deh,” ujar Pak Iskandar tanpa bermaksud ge-er dan mengundang gelak tawa.

PLTMH

Awalnya pasangan suami istri ini hanya berjalan-jalan saja ke desa tersebut. Mereka melihat keadaan desa yang sangat gelap tanpa listrik di malam hari. Di desa, sumber air dapat dikatakan melimpah karena Desa Cintamekar (sebelahan dengan Desa Cicadas) dilalui oleh kali. Sumber daya alam yang memadai ini dijadikan peluang didirikannya PLTMH.

Bendungan
Pipa
Sebelum dibangun PLTMH, masyarakat secara swadaya telah membangun turbin kecil dan tanggul. Namun, karena penghalang tanggul hanya terbuat dari bambu maka tanggul menjadi jebol dan turbin tidak dapat digunakan lagi. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro bukanlah pembangkit listrik pertama di Desa Cinta Mekar, sebelumnya PLN pun telah menyediakan listrik. Setelah dibangunnya PLTMH, warga yang telah terhubung listrik hanya tinggal menambah daya.

Dalam perjalanannya, mereka tak jarang mengalami kesulitan. Mulai dari meyakinkan warga bahwa program yang mereka bawa sangat bermanfaat bagi warga dan warga tidak akan dimintai dana (layaknya program pemerintah, yang membuat warga awalnya enggan menerima program), mencari perusahaan yang akan membantu dalam segi pendanaan, mengajak warga bersama-sama membangun bendungan dan PLTMH, serta meminta PLN (pihak pemerintah) mau membeli listrik milik warga.

Ibu Tri dan Pak Iskandar mendapat bantuan dari IBEKA, lembaga swadaya masyarakat nirlaba yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat. Pada tahun 2004, IBEKA menggandeng PT HIBS dan UNESCAF merealisasikan program PLTMH. Tentu saja ini melalui persetujuan masyarakat dan atas keinginan warga desa. Partisipasi masyarakat sangat dominan dalam terciptanya PLTMH ini. Yang saya sayangkan adalah ada bagian modal dibiayai oleh pemerintah Belanda. Aduh, ini kemana pemerintah Indonesia? Hati-hati lho pak presiden, nanti dicaplok Belanda, dijajah lagi deh kita ^^

Palang

Awalnya warga ragu menerima adanya PLTMH. Mereka takut air yang selama ini mereka gunakan untuk mengairi sawah bisa habis dengan dimanfaatkannya air sebagai pembangkit listrik. Namun dengan adanya pertukaran pemikiran yang terbuka antar berbagai pihak, PLMTH berhasil didirikan dan dimanfaatkan warga bersama. Pengairan sawah pun lebih lancar. Tanggul kini telah dibangun kokoh. Banyak keluarga warga yang berpenghasilan lebih baik, yaitu dari hasil bertani dan usaha pribadi yang diusahakan dengan adanya listrik. PLTMH memang memiliki pengaruh besar dalam pembangunan Desa Cintamekar.

Seluruh warga kini bisa memanfaatkan listrik, kecuali rumah-rumah yang baru saja dibangun. Agar tenaga listrik ini dapat terus dimanfaatkan warga, maka listrik yang dihasilkan warga dijual kepada PLN, dan desa memiliki pendapatan sendiri. Hal ini juga disebabkan karena bantuan dari perusahaan yang terlibat di awal hanya diberikan satu kali saja. Disinilah peran penting Koperasi Mikrohidro Mekarsari.

Koperasi

Koperasi Mikrohidro Mekarsari berfungsi sebagai pengelola keuangan hasil jualan listrik ke PLN secara transparan dan adil. Dana yang didapat dikelola untuk pelaksanaan program PLTMH dalam rangka membantu masyarakat yang belum memiliki listrik, 8% untuk pendidikan, 4% untuk kesehatan, 10% untuk biaya operasional koperasi, 2,5% untuk biaya operasional desa, 8% untuk modal usaha anggota koperasi, dan 4% untuk infrastuktur desa, misalnya dengan dibangunnya sarana air bersih di dusun 4 dan didirikannya MCK. Dalam bidang kesehatan, koperasi bekerja sama dengan bidan desa membuat posyandu dan mengratiskan orang yang tidak mampu dalam berobat dan melahirkan. Dengan adanya PLTMH dan pengelolaannya oleh Koperasi, kesejahteraan warga meningkat. Selain menerangi rumah, listrik juga menerangi perekonomian warga.

Meskipun terlihat mulus dan bergerak di jalan yang lurus, dalam kegiatannya koperasi tidak jarang mengalami hambatan.  Bantuan dana koperasi sering mengalami kemacetan. Koperasi pernah meminjam Rp. 50juta ke BRI untuk membantu modal usaha warga. Kadang ada juga warga menengah ke atas yang mendapat hasil bagi koperasi meski warga itu bukan anggota koperasi. Untuk mengatasi masalah di dalam koperasi, ada fasilitator dari IBEKA sebagai penghubung koperasi dengan IBEKA dalam dana. Setiap Rapat Akhir Tahun pun masalah selalu dikemukakan dan diselesaikan bersama anggota lainnya.

Masalah lainnya yang terjadi di koperasi yaitu sulitnya mencari pengkaderan. Banyak orang-orang tua yang menjadi pengurus, padahal kondisi fisiknya lemah dan orang tua pun harus mengurus masalah rumah dan keluarga mereka. Sebenarnya banyak anak muda di desa, namun kebanyakan mereka bekerja di pabrik yang gajinya jauh lebih besar dibanding gaji di koperasi. Ketua koperasi sekarang pun jarang aktif. Sehingga Ibu Yuyun (sumber wawancara) yang mengurusi semuanya. Ketika ditanya oleh saya mengapa ketua koperasi tidak segera diganti saja, Ibu Yuyun tertawa memaklumi, “Sungkan, Mbak. Soalnya beliau mantan kepala desa. Warga disini juga nggak ada yang berani,” kata Ibu Yuyun.

Listrik memang telah menyinari perekonomian warga. Namun di dalam ruangan, ada saja sudut yang tidak begitu mendapatkan cahaya listrik. Itulah Koperasi Mitra Mekar. Kealpaan ini perlahan tapi pasti akan diperbaiki agar listrik dan segala hal positif yang dibawanya tetap menerangi desa.
 
Semua rintangan yang ditemui Ibu Tri dan Pak Iskandar mudah saja menumbangkan niat baik mereka. Namun keduanya tidak putus asa. Mereka selau konsisten dengan niatnya menolong warga dengan pengetahuan yang mereka miliki. Hati, mereka sangat memiliki dan memanfaatkannya dengan baik. Itulah makna CD-worker yang sebenarnya. Salut!

No comments:

Post a Comment