6/3/13

Muktamar Khilafah 2013: Appetizer Kerinduan Umat

Tulisan ini adalah review acara menurut kacamata saya. Selamat menyantap appetizer saya ^^

Kita tahu kalau makanan itu ada 3 jenisnya, appetizer (makanan pembuka), main course (makanan utama), dan dessert (hidangan penutup). Kalau saya analogikan, Muktamar Khilafah 2013 adalah appetizer yang berhasil membangkitkan ‘napsu makan’ saya, bahkan mungkin juga ratusan ribu Muslim Indonesia lain yang hadir. Bagaimana bisa?

Gelora Bung Karno, Jakarta pada Ahad, 2 Juni 2013 kemarin bergelora dengan gema “Allahu Akbar” dan “Khilafah khilafah khilafah khilafah” yang menggetarkan kursi kayu panjang berbagai warna di tribun stadion utama. Bisa dibilang ini adalah perhelatan terbesar dalam rangka mengundang umat Islam menyambut janji Allah melalui sabda Rasulullah SAW berikut:

“Telah berlaku zaman kenabian ke atas kamu, maka berlakulah zaman kenabian itu sebagaimana Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkat zaman itu. Kemudian belakulah zaman khalifah yang berjalan seperti zaman kenabian. Maka berlakulah zaman kenabian itu sebagaimana yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkat zaman itu. Kemudian berlakulah zaman pemerintahan yang menggigit. Berlaku zaman itu seperti Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya juga. Kemudian berlakulah zaman pemerintahan diktator (zaman penindasan dan pendzaliman), dan berlakulah zaman itu sebagaimana Allah kehendaki. Kemudian berlaku pula zaman khalifah yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian.” (HR. Imam Ahmad, Bazzar dan Attabrani dari Abu Huzaifah Al Yamani)

Adalah janji Allah Subhanallahu wa Ta’ala bahwa setelah zaman diktator akan ada zaman khalifah yang berjalan sesuai dengan zaman kenabian. Sebagai umat Islam, kita wajib mempercayai hal ini. Seperti Muhammad Al Fatih (julukan bagi Sultan Mehmed II) yang mempercayai kedua hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad berikut ini:

Berkata Abdullah bin Amru bin Ash, “Bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah SAW untuk menulis, lalu Rasulullah SAW ditanya tentang kota manakah yang akan futuh telebih dahulu, Konstatinopel atau Roma. Maka Rasulullah SAW menjawab, ‘Kota Heraklius terlebih dahulu’, yakni Konstatinopel.”

“Sungguh, Konstatinopel akan ditaklukan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya.”

Kepercayaan terhadap bisyarah Rasulullah tersebut akhirnya terealisasikan pada 29 Mei 1453 (20 Jumadil Awal 857 H) dimana Konstatinopel (the city of the world’s desire) berhasil ditaklukan Sultan Mehmed II (pemimpin Utsmani) dari Constatine Palaiologos XI (pemimpin Byzantium) setelah 23 tahun penyerangan. Janji Allah terjadi. Kalau kalian mau tahu kronologis peristiwa penaklukan Konstatinopel, monggo dibaca bukunya Ustad Felix Siauw (mualaf alumni IPB lhoo) yang berjudul Muhammad Al Fatih 1453 terbitan Khilafah Press. Banyak kok bukunya di Gramedia asli dan Gramedia Bara (anak IPB pasti tahu tempat yang saya maksud). Hehehe, sekalian promosi boleh lah ^^

Maka, mana mungkin khalifah tidak akan kembali berdiri di bumi Allah? Ada yang menyimpulkan kalau hal tersebut akan terjadi ketika Imam Mahdi memimpin. Berarti mendekati kiamat, karena salah satu tanda datangnya kiamat besar itu munculnya Imam Mahdi. Kapan pun bisyarah itu terealisasikan, saya kangen dan pengin cepat-cepat hidup di bawah naungan sistem Islam yang hakiki. Kalian juga pasti mau, kan?

Muktamar Khilafah 2013 kemarin bermaksud untuk mengundang umat Muslim seantero Indonesia, bahkan dunia, menerima bisyarah Rasulullah. Acara ini dipersembahkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia. Kalian pernah dengar, kan? Saya sering dengarnya, “Kalo khilafah-khilafah gitu pasti HTI. Kalo HTI pasti khilafah. Khilafahnya yang mana juga nggak jelas?! Khalifahnya yang mana juga nggak ada?!” Hehehe.

Kalau boleh saya meluruskan sebagai orang yang tidak termasuk golongan kanan juga bukan golongan kiri (saya ini abu-abu, sulit untuk memihak dan terjun dalam organisasi tertentu, tapi tidak mau apatis juga hehe *labil*). Ya berhubung organisasi Islam ini yang selalu mengangkat khilafah secara terang-terangan, ya tidak ada salahnya orang-orang berpandangan HTI pasti omongin khilafah mulu. Kalau NU, IM, Muhammadiyah, dan organisasi lain yang terus mengumandangkan khilafah, ya pasti mereka juga dicap hal yang sama. Bahkan Kelompok Punk Muslim Indonesia sekalipun. Hehehe, ada tidak ya? Ini hanya tentang siapa menyampaikan apa dengan cara bagaimana. Toh intinya, setiap organisasi yang berpegang teguh pada Al Qur’an dan Hadist pasti merindukan bisyarah Rasulullah. Khilafah bukan milik HT, NU, IM, atau Kelompok Punk Muslim Indonesia. Khilafah milik umat Islam. Aamiin. Allahu Akbar! Jangan sampai umat Islam terpecah belah hanya karena mementingkan ego organisasi masing-masing. Nanti yang ada kaum Yahudi dan Nasrani bersorak kegirangan. Naudzubillahi min dzalik!

Kembali ke Muktamar Khilafah 2013 deh. Kan tujuan tulisan ini mau review acaranya.

Acara yang dihadiri 120.000 umat Islam di Jakarta dan sekitarnya itu merupakan acara puncak dari kegiatan yang sama di berbagai daerah lain di Indonesia, seperti di Surabaya, Medan dan 29 kota lainnya sejak Mei 2013. Sebagian besar peserta adalah anggota HTI. Namun ada juga yang tidak, seperti saya, teman-teman saya dari IPB, rombongan anak SMA dengan celana abu-abu yang dipensilin (maksudnya dibikin jadi celana pensil), nenek dan kakek tua banget, hingga adek bayi yang belum sampai 1 tahun umurnya. Semuanya tumplek blek di GBK. Sempat berpikir saya bisa hilang ditelan massa. Yaelah, masih di Jakarta ini. Naik kereta bentar, sampai deh di Bojong hahaha.

Al Liwa di Sepanjang Jalan Menuju Senayan

Satu Keluarga

Berbagai label nama daerah tertempel di kaca bus. Dramaga (kampus saya ini hehe narsis), Ciomas, Prumpung (lambaikan tangan ke Bu Neneng), Duren Sawit, Lawang Gintung, Cikarang, Ciampea, Majalengka, Cempaka Putih, Karawang, Rancaekek, Jatinangor, Pasir Muncang, Cianjur, Gede Bage, Bekasi, Yogyakarta, dan daerah-daerah lain yang saya tidak tahu dimana keberadaannya. Ratusan bus dan kendaraan pribadi berbondong-bondong menyesaki parkiran Senayan sejak pagi buta. Bus ekonomi yang oleh rombongan IPB disewa baru menjejakkan jalan mulus Jakarta pukul 8. Senayan penuh. Akhirnya bus kami terparkir di komplek MPR-DPR. Ini adalah kali pertama saya mendatangi gedung yang katanya diisi oleh wakil-wakil rakyat itu (eh nyablaknya mulai dah). Numpang parkir ya Bapak dan Ibu Wakil Rakyat ^^

Nangkring di DPR
Pukul 08.45 kami baru sampai GBK. Acaranya sudah dimulai. Takbir sudah bergema dari tadi. Namun ribuan peserta masih mengantri masuk stadion, termasuk kami. Berdesak-desakkan seperti itu berasa naik haji saja. Padahal haji juga belum. Gimana nanti haji ya, saya akan berdesak-desakkan dengan jutaan Muslim dari penjuru dunia. Wah ini sekalian latihan deh.

“Ayo buruan masuk,” seru salah satu nenek dari rombongan nenek-nenek di sebelah saya.
“Sabar, Nek. Nanti malah keinjak. Kan, sakit,” celetuk saya.

Antrian
Masuk ke dalam stadion ternyata hampir penuh, padahal masih banyak yang belum masuk. Mereka duduk dimana? Alhamdulillah ya saya dan rombongan kampus dapat kursi. Saya masuk dari pintu 4 (dapat VIP nih, dekat dengan lapangan, Alhamdulillah sekali), kode Q14, dan kebagian duduk di tribun ungu. Tempat duduk perempuan dan laki-laki dipisah. Pinggiran lapangan juga dipenuhi kursi-kursi kecil untuk laki-lakinya saking tribun tidak kuat menampung peserta. Ini juga pertama kalinya saya masuk GBK. Biasanya di luar doang main sepeda. Oh my God, ternyata GBK luas sekali!

Stadion Penuh
Ratusan al liwa dan ar roya berkibar diterpa angin. Berbagai spanduk berisi dukungan dan kerinduan akan khilafah terbentang di penjuru stadion dengan berbagai bahasa daerah. Dua hal sederhana ini membuat saya menangis. Ketika Ustad Hari Mukti mengajak untuk takbir, tangisan saya makin tidak terbendung. Ah, memang dasarnya cengeng hehe. Tapi kalau kalian juga di sana, pasti bakal menangis juga. Siapa sih yang tidak luluh mendengar takbir mengguncang semesta? Saya SMS Arini (teman saya yang jadi panitia Muktamar Khilafah 2013).

“Nangiiiiiiis.” Begitu pesan singkat saya.
Arini membalas, “Gue udah meleleh dari tadi.”

Kibaran Bendera Al Liwa dan Ar Roya

Pemegang Ar Roya

Apa itu al liwa dan ar roya (atau ar rayah)? Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah menjelaskan, “Rayahnya (panji peperangan) Rasulullah SAW berwarna hitam, sedang benderanya (al liwa) berwarna putih.”

Kaskuser Sundul Khilafah

Nu Urang Oge

Ciamis Dukung Khilafah

Rancaekek Rindu Khilafah

Suara dari Gedebage

Acara dibuka pukul 08.30 dengan opening ceremony. Saya ketinggalan bagian ini, sedih rasanya, penasaran deh jadinya. Lalu dilanjutkan dengan pembukaan, kalam ilahi, welcome speech, sambutan, testimoni ulama dan tokoh dengan tema Perubahan Besar Dunia, teatrikal, orasi Perubahan Besar Indonesia, pidato politik Hizbut Tahrir Indonesia, teatrikal lagi, refleksi dan doa, lalu penutup. Begitulah urutan acaranya dari contekan yang tertera pada tiket hehe. Seharusnya acara selesai jam 11.55, namun kenyataannya jam 12.30 baru ditutup.

Acara banyak diisi dengan testimoni ulama dan tokoh terhadap khilafah. Selain dimeriahkan oleh spanduk berbagai bahasa daerah, stadion juga dilantangkan oleh testimoni ulama dengan berbagai bahasa, yakni Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia sebagai terjemahannya. Testimoni disampaikan oleh perwakilan dari Syam, Libanon, Turki, Abdul Momen sebagai wakil dari Yaman, Taji Mustafa dari Inggris, Abu Saifullah Ahmad dari India, Okay Pala dari Belanda, Abdul Hakim dari Malaysia, Al Arabhi Kharabakhah (bener tidak itu tulisannya? Hehehe) dari Tunisia, Saad Janrami dari Pakistan, Bilal Meri dari Australia, dan Hisham Al Baba dari Suriah.

Taji Mustafa

“Kita tidak bisa berpegang pada liberalisme, kapitalisme, nasionalisme, pluralisme. Demokrasi juga bukan solusi terbaik umat. Hanya khilafah solusi yang hakiki. Ia tidak berasal dari manusia. Ia berasal dari hukum Allah yang Maha Sempurna.”

Mereka menyapa dengan Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh yang sama. Mereka berorasi dengan bahasan yang sama, yakni khilafah harus segera ditegakkan di bumi Allah. “Sebanyak 88% warga Pakistan bilang bahwa syariah harus ditegakkan saat ini,” kata Saad Janrami. Kalimat penutup mereka sama, “Songsong kelahiran dunia baru yang menyejahterakan umat di bawah naungan syariah dan khilafah,” dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata. Ini bikin saya merinding.

We’re one ummah, guys! Are you white, black, dark yellow? Are you Indonesian or France or Pakistan or South African? It is not the matter. We’are Moeslem! Subhanallah!

Bagian menarik dari Muktamar Khilafah 2013 adalah teatrikal yang dimainkan oleh anggota HTI, baik anak-anak sampai remaja. Mereka mendramakan bagaimana keadaan dunia saat ini yang kelam dan menjadi korban liberaisme, kapitalisme, dan isme-isme lain yang hanya mementingkan napsu dunia semata. Sebuah bola dunia besar berwarna hitam diarak ke tengah lapangan yang panas dibakar matahari. Teriknya siang tidak menurunkan semangat mereka.

Teatrikal

Lalu berlarian masuk pejuang-pejuang yang membawa bendera al liwa dan ar roya. Mereka dorong-dorongan (halah bahasa saya nih!) dengan orang-orang berpakaian hitam yang membawa spanduk isme-isme manusia. Mereka juga dorong-dorongan dengan orang-orang yang membawa spanduk bertuliskan Suriah, Syam, Palestina, dan negara berpenduduk mayoritas Islam lainnya yang kini sedang dirundung bencana perang. Rombongan yang membawa al liwa dan ar roya mengambil spanduk menjadi simbol bahwa negara yang sedang diperangi itu dapat dibebaskan dengan Khilafah Islamiyah. Bola dunia yang hitam berubah warna menjadi oranye. Al liwa dikibarkan. Dentum alat musik modern dari Hari Mukti band (itu loh penyanyi rock itu) menambah keseruan perhelatan teater. Mantaaaap.

Bola Dunia Oranye

Yang membuat Muktamar Khilafah 2013 lebih berkesan adalah saya mendapatkan banyak teman baru. Walaupun kami sama-sama dari IPB, banyak juga yang baru saya kenal. Ada Suci (FKH 46) dan Yuli (ARL 48) yang masih secuil banget pengetahuannya tentang khilafah. Sama seperti saya. Bahkan pengetahuan saya lebih dikit lagi. Senang sekali kami bisa berdiskusi berbagi pendapat tentang khilafah.

Rombongan IPB Narsis Bala-bala

Selain itu saya juga dapat kenalan baru. Namanya Bunga. Asli dari Karawang. Umurnya saya taksir masih 5 tahun. “Bunga datang kesini sama mama,” ujarnya dengan suara khas anak-anak yang imut banget. Terus mamanya senyam-senyum ke saya karena saya fotoin anaknya terus. Hehe, maaf ya, Bu. Saya minta izin anaknya mejeng di blog saya, ya Bu ^^

Bunga dari Karawang

Dalam tulisan jelek saya tercatat diskusi salah satu rombongan kami. Ia menjelaskan, “Dalam kekhalifahan nanti kemiskinan itu tetap ada. Tapi yang ada itu kemiskinan relatif. Si A lebih kaya dari si B karena usahanya berbeda. Itu relatif. Wajar. Yang tidak ada itu kemiskinan mutlak. Insya Allah nanti tidak ada lagi orang yang kebutuhan sandang, pangan, dan papannya tidak terpenuhi. Semuanya insya Allah terpenuhi. Kalau yang non Muslim, gimana nasibnya kalau khilafah itu memimpin mereka? Khilafah itu komitmen akan metodenya. Jika ada yang tidak mau ikut dengan aturan Islam, tidak langsung diperangi. Nanti person to person akan didakwahi tentang Islam dulu, diajak masuk Islam, namun tetap tidak dipaksa masuk Islam. Rasulullah tidak pernah mengajarkan pemaksaan dalam memasuki ajaran Islam. Non Muslim silahkan tetap menganut agamanya masing-masing tapi harus ikut aturan Islam. Misalnya yang perempuan non Muslim harus menutup auratnya kalau keluar rumah agar laki-laki Muslim tetap terjaga pandangannya. Lagipula harga diri perempuan non Muslim juga ikut terjaga. Lalu kalau non Muslim tetap keukeuh tidak mau ikut aturan Islam setelah segala daya dan upaya dilakukan, baru boleh diperangi. Aturan perang ini juga tidak asal tembak. Islam melarang membunuh anak-anak, perempuan, orang lanjut usia yang non Muslim. Tidak seperti tentara Amerika Serikat yang langsung memborbardir Afganistan. Tidak seperti Israel yang kayak tidak punya nurani memerangi Palestina. Ketiga, saat khilafah berdiri kesalahan itu tetap ada. Namanya juga manusia, ya tidak ada yang sempurna. Namun sistem Islam bisa meminimalisir tindak kriminalitas, dari 13 abad khilafah pernah berdiri, hanya ada 200 kasus kriminalitas yang terjadi di dunia. Sistem Islam mampu membuat orang menyesali perbuatan jahatnya bahkan tanpa diketahui orang lain. Sistem Islam pun mampu mencegah perbuatan jahat. Insya Allah.”

Sebagai orang awam yang telah menjadi korban pluralisme akhir-akhir ini, dan menjadi korban ilusi toleransi beragama yang dikoar-koarkan sebuah organisasi, saya mendukung khilafah segera ditegakkan di bumi. Al ummah turid Khilafah Islamiyah! Insya Allah ^^

Eh Narsis Bentar

Nah, terus kita harus ngapain ya? Masa teriak-teriak khilafah doang? Lalu, ada tidak yang bisa kita lakukan? Ooooh banyak. Caranya tidak sekonyong-konyong angkat senjata dan membongkar pemerintah. Kalimat gampangnya nih, kalau pemimpin kita masih sholat, ya harus kita patuhi. Selain Allah dan RasulNya, kita juga wajib tunduk kepada Ulil Amri. Kalau pemimpinnya rada melenceng sedikit dari aturan Islam (namanya juga manusia, ada salahnya), ya harus diingatkan agar peraturan yang dibuatnya tidak lagi melanggar aturan Islam. Disinilah pentingnya para ulama sebagai pengontrol pemerintah.

Jadi teroris? No no no. Allah SWT melarang kita untuk meminta, mendekati, bahkan bertindak yang tidak syar’i untuk kematian. Misalnya bom bunuh diri. Waduh. Dosa banget itu. Bunuh diri pula ckckck. Perang? Hm … sebagai warga Indonesia yang sedang tidak diperangi secara fisik, kita tidak diwajibkan berperang, kecuali warga Palestina dan lainnya yang memang wajib perang untuk membela diri (dan termasuk dosa kalau warga Palestina tidak ikut perang). Itu setahu saya, sih.

Lah, terus kita harus bagaimana?

Kalian yang kuliah dan bekerja di bidang perekonomian, misalnya bank, keren banget kalau kalian bisa menghapuskan bunga bank yang tergolong riba dan diharamkan oleh Allah SWT. Yang bergelut di bidang pertanian, kalian bisa membuat sebuah sistem pertanian yang jauh dari kecurangan. Misalnya bagaimana caranya bikin sistem irigasi yang secara adil dapat menyebarkan air ke sawah di desa-desa, atau membuat teknik pengendalian hama dan penyakit tanaman yang menguntungkan semua umat di bumi (tidak hanya memberikan produksi melimpah dan mampu memenuhi kebutuhan pangan manusia, tetapi juga tidak mendzalimi kehidupan serangga, tanah, cacing, tanamannya, dan makhluk Allah lainnya). Yang jadi ibu rumah tangga pun punya andil dalam menyambut khilafah. Ibu rumah tangga itu sekolah pertama bagi anak. Dia yang berpengaruh besar dalam pembentukan karakter penerus bangsa. Yuk kenalkan kepada anak tentang Islam (saya belum punya anak, ini akan jadi PR saya kedepannya insya Allah). Allah SWT menakdirkan kita mempelajari dan masuk di bidang tertentu pasti ada tujuan dan manfaatnya. Banyak yang bisa kita lakukan. Jangan ngomong doang. My last, al ummah turid Khilafah Islamiyah with do our best syar’i ^^

5 comments:

  1. Namaku nampang *langsung keliatan :D

    Subahanallah, barakallahu, Allahu akbar!!!
    Al ummah turiid khilafah Islamiyah, bukan yang lain. Semoga Allah menurunkan pertolongannya segera atas perjuangan ini, aamiin...

    ReplyDelete
  2. subhanaAllah..
    Luar biasa tulisannya.
    Tulisan yang lahir dari hati dan sampai ke hati juga..
    :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih dek felycitia yang ketemu di LSI ^^

      Delete
  3. bener nisa, siapa sih yang gak rindu khilafah? semoga khilafah yang dirindukan, segera tegak kembali. di Jogja kemaren juga ada acara semacam ini, merinding dengan teriakan takbir dan khilafahnya...

    bagus tulisan-tulisanmu. keep writing. :)

    ReplyDelete