Tulisan ini adalah review acara menurut kacamata saya. Selamat menyantap appetizer saya ^^
Kita tahu kalau makanan itu ada 3
jenisnya, appetizer (makanan
pembuka), main course (makanan
utama), dan dessert (hidangan
penutup). Kalau saya analogikan, Muktamar Khilafah 2013 adalah appetizer yang berhasil membangkitkan
‘napsu makan’ saya, bahkan mungkin juga ratusan ribu Muslim Indonesia lain yang
hadir. Bagaimana bisa?
Gelora Bung Karno, Jakarta pada Ahad, 2
Juni 2013 kemarin bergelora dengan gema “Allahu Akbar” dan “Khilafah khilafah
khilafah khilafah” yang menggetarkan kursi kayu panjang berbagai warna di
tribun stadion utama. Bisa dibilang ini adalah perhelatan terbesar dalam rangka
mengundang umat Islam menyambut janji Allah melalui sabda Rasulullah SAW
berikut:
“Telah berlaku
zaman kenabian ke atas kamu, maka berlakulah zaman kenabian itu sebagaimana
Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkat zaman itu. Kemudian belakulah zaman
khalifah yang berjalan seperti zaman kenabian. Maka berlakulah zaman kenabian
itu sebagaimana yang Allah kehendaki, kemudian Allah mengangkat zaman itu.
Kemudian berlakulah zaman pemerintahan yang menggigit. Berlaku zaman itu
seperti Allah kehendaki. Kemudian Allah mengangkatnya juga. Kemudian berlakulah
zaman pemerintahan diktator (zaman penindasan dan pendzaliman), dan berlakulah
zaman itu sebagaimana Allah kehendaki. Kemudian berlaku pula zaman khalifah
yang berjalan di atas cara hidup zaman kenabian.” (HR. Imam Ahmad, Bazzar dan Attabrani
dari Abu Huzaifah Al Yamani)
Adalah janji Allah Subhanallahu wa Ta’ala
bahwa setelah zaman diktator akan ada zaman khalifah yang berjalan sesuai
dengan zaman kenabian. Sebagai umat Islam, kita wajib mempercayai hal ini.
Seperti Muhammad Al Fatih (julukan bagi Sultan Mehmed II) yang mempercayai kedua
hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad berikut ini:
Berkata Abdullah
bin Amru bin Ash, “Bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah SAW untuk
menulis, lalu Rasulullah SAW ditanya tentang kota manakah yang akan futuh
telebih dahulu, Konstatinopel atau Roma. Maka Rasulullah SAW menjawab, ‘Kota
Heraklius terlebih dahulu’, yakni Konstatinopel.”
“Sungguh,
Konstatinopel akan ditaklukan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah
pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya.”
Kepercayaan terhadap bisyarah Rasulullah tersebut akhirnya terealisasikan pada 29 Mei
1453 (20 Jumadil Awal 857 H) dimana Konstatinopel (the city of the world’s
desire) berhasil ditaklukan Sultan Mehmed II (pemimpin Utsmani) dari Constatine
Palaiologos XI (pemimpin Byzantium) setelah 23 tahun penyerangan. Janji Allah
terjadi. Kalau kalian mau tahu kronologis peristiwa penaklukan Konstatinopel, monggo dibaca bukunya Ustad Felix Siauw
(mualaf alumni IPB lhoo) yang berjudul Muhammad Al Fatih 1453 terbitan Khilafah
Press. Banyak kok bukunya di Gramedia asli dan Gramedia Bara (anak IPB pasti
tahu tempat yang saya maksud). Hehehe, sekalian promosi boleh lah ^^
Maka, mana mungkin khalifah tidak akan
kembali berdiri di bumi Allah? Ada yang menyimpulkan kalau hal tersebut akan
terjadi ketika Imam Mahdi memimpin. Berarti mendekati kiamat, karena salah satu
tanda datangnya kiamat besar itu munculnya Imam Mahdi. Kapan pun bisyarah itu terealisasikan, saya kangen
dan pengin cepat-cepat hidup di bawah naungan sistem Islam yang hakiki. Kalian
juga pasti mau, kan?
Muktamar Khilafah 2013 kemarin bermaksud
untuk mengundang umat Muslim seantero Indonesia, bahkan dunia, menerima bisyarah Rasulullah. Acara ini
dipersembahkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia. Kalian pernah dengar, kan? Saya
sering dengarnya, “Kalo khilafah-khilafah gitu pasti HTI. Kalo HTI pasti
khilafah. Khilafahnya yang mana juga nggak jelas?! Khalifahnya yang mana juga
nggak ada?!” Hehehe.
Kalau boleh saya meluruskan sebagai orang
yang tidak termasuk golongan kanan juga bukan golongan kiri (saya ini abu-abu,
sulit untuk memihak dan terjun dalam organisasi tertentu, tapi tidak mau apatis
juga hehe *labil*). Ya berhubung organisasi Islam ini yang selalu mengangkat
khilafah secara terang-terangan, ya tidak ada salahnya orang-orang berpandangan
HTI pasti omongin khilafah mulu. Kalau NU, IM, Muhammadiyah, dan organisasi
lain yang terus mengumandangkan khilafah, ya pasti mereka juga dicap hal yang
sama. Bahkan Kelompok Punk Muslim Indonesia sekalipun. Hehehe, ada tidak ya?
Ini hanya tentang siapa menyampaikan apa dengan cara bagaimana. Toh intinya,
setiap organisasi yang berpegang teguh pada Al Qur’an dan Hadist pasti
merindukan bisyarah Rasulullah.
Khilafah bukan milik HT, NU, IM, atau Kelompok Punk Muslim Indonesia. Khilafah
milik umat Islam. Aamiin. Allahu Akbar! Jangan sampai umat Islam terpecah belah
hanya karena mementingkan ego organisasi masing-masing. Nanti yang ada kaum
Yahudi dan Nasrani bersorak kegirangan. Naudzubillahi min dzalik!
Kembali ke Muktamar Khilafah 2013 deh. Kan
tujuan tulisan ini mau review
acaranya.
Acara yang dihadiri 120.000 umat Islam di
Jakarta dan sekitarnya itu merupakan acara puncak dari kegiatan yang sama di
berbagai daerah lain di Indonesia, seperti di Surabaya, Medan dan 29 kota
lainnya sejak Mei 2013. Sebagian besar peserta adalah anggota HTI. Namun ada
juga yang tidak, seperti saya, teman-teman saya dari IPB, rombongan anak SMA
dengan celana abu-abu yang dipensilin (maksudnya dibikin jadi celana pensil),
nenek dan kakek tua banget, hingga adek bayi yang belum sampai 1 tahun umurnya.
Semuanya tumplek blek di GBK. Sempat berpikir saya bisa hilang ditelan massa.
Yaelah, masih di Jakarta ini. Naik kereta bentar, sampai deh di Bojong hahaha.
Al Liwa di Sepanjang Jalan Menuju Senayan |
Satu Keluarga |
Berbagai label nama daerah tertempel di kaca
bus. Dramaga (kampus saya ini hehe narsis), Ciomas, Prumpung (lambaikan tangan
ke Bu Neneng), Duren Sawit, Lawang Gintung, Cikarang, Ciampea, Majalengka,
Cempaka Putih, Karawang, Rancaekek, Jatinangor, Pasir Muncang, Cianjur, Gede
Bage, Bekasi, Yogyakarta, dan daerah-daerah lain yang saya tidak tahu dimana
keberadaannya. Ratusan bus dan kendaraan pribadi berbondong-bondong menyesaki
parkiran Senayan sejak pagi buta. Bus ekonomi yang oleh rombongan IPB disewa
baru menjejakkan jalan mulus Jakarta pukul 8. Senayan penuh. Akhirnya bus kami
terparkir di komplek MPR-DPR. Ini adalah kali pertama saya mendatangi gedung
yang katanya diisi oleh wakil-wakil rakyat itu (eh nyablaknya mulai dah).
Numpang parkir ya Bapak dan Ibu Wakil Rakyat ^^
Nangkring di DPR |
“Ayo buruan masuk,” seru salah satu nenek
dari rombongan nenek-nenek di sebelah saya.
“Sabar, Nek. Nanti malah keinjak. Kan,
sakit,” celetuk saya.
Antrian |
Stadion Penuh |
“Nangiiiiiiis.” Begitu pesan singkat saya.
Arini membalas, “Gue udah meleleh dari
tadi.”
Apa itu al liwa dan ar roya (atau ar
rayah)? Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah
menjelaskan, “Rayahnya (panji peperangan) Rasulullah SAW berwarna hitam, sedang
benderanya (al liwa) berwarna putih.”
Kaskuser Sundul Khilafah |
Nu Urang Oge |
Ciamis Dukung Khilafah |
Rancaekek Rindu Khilafah |
Suara dari Gedebage |
Acara dibuka pukul 08.30 dengan opening ceremony. Saya ketinggalan
bagian ini, sedih rasanya, penasaran deh jadinya. Lalu dilanjutkan dengan
pembukaan, kalam ilahi, welcome speech,
sambutan, testimoni ulama dan tokoh dengan tema Perubahan Besar Dunia,
teatrikal, orasi Perubahan Besar Indonesia, pidato politik Hizbut Tahrir
Indonesia, teatrikal lagi, refleksi dan doa, lalu penutup. Begitulah urutan
acaranya dari contekan yang tertera pada tiket hehe. Seharusnya acara selesai
jam 11.55, namun kenyataannya jam 12.30 baru ditutup.
Acara banyak diisi dengan testimoni ulama
dan tokoh terhadap khilafah. Selain dimeriahkan oleh spanduk berbagai bahasa
daerah, stadion juga dilantangkan oleh testimoni ulama dengan berbagai bahasa,
yakni Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia sebagai terjemahannya.
Testimoni disampaikan oleh perwakilan dari Syam, Libanon, Turki, Abdul Momen
sebagai wakil dari Yaman, Taji Mustafa dari Inggris, Abu Saifullah Ahmad dari India,
Okay Pala dari Belanda, Abdul Hakim dari Malaysia, Al Arabhi Kharabakhah (bener
tidak itu tulisannya? Hehehe) dari Tunisia, Saad Janrami dari Pakistan, Bilal
Meri dari Australia, dan Hisham Al Baba dari Suriah.
“Kita tidak bisa berpegang pada
liberalisme, kapitalisme, nasionalisme, pluralisme. Demokrasi juga bukan solusi
terbaik umat. Hanya khilafah solusi yang hakiki. Ia tidak berasal dari manusia.
Ia berasal dari hukum Allah yang Maha Sempurna.”
Mereka menyapa dengan Assalammu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh yang sama. Mereka berorasi dengan bahasan yang sama,
yakni khilafah harus segera ditegakkan di bumi Allah. “Sebanyak 88% warga
Pakistan bilang bahwa syariah harus ditegakkan saat ini,” kata Saad Janrami. Kalimat
penutup mereka sama, “Songsong kelahiran dunia baru yang menyejahterakan umat
di bawah naungan syariah dan khilafah,” dengan bahasa Indonesia yang
terbata-bata. Ini bikin saya merinding.
We’re one ummah,
guys! Are you white, black, dark yellow? Are you Indonesian or France or
Pakistan or South African? It is not the matter. We’are Moeslem! Subhanallah!
Bagian menarik dari Muktamar Khilafah 2013
adalah teatrikal yang dimainkan oleh anggota HTI, baik anak-anak sampai remaja.
Mereka mendramakan bagaimana keadaan dunia saat ini yang kelam dan menjadi
korban liberaisme, kapitalisme, dan isme-isme lain yang hanya mementingkan
napsu dunia semata. Sebuah bola dunia besar berwarna hitam diarak ke tengah
lapangan yang panas dibakar matahari. Teriknya siang tidak menurunkan semangat
mereka.
Lalu berlarian masuk pejuang-pejuang yang
membawa bendera al liwa dan ar roya. Mereka dorong-dorongan (halah bahasa saya
nih!) dengan orang-orang berpakaian hitam yang membawa spanduk isme-isme
manusia. Mereka juga dorong-dorongan dengan orang-orang yang membawa spanduk
bertuliskan Suriah, Syam, Palestina, dan negara berpenduduk mayoritas Islam
lainnya yang kini sedang dirundung bencana perang. Rombongan yang membawa al
liwa dan ar roya mengambil spanduk menjadi simbol bahwa negara yang sedang
diperangi itu dapat dibebaskan dengan Khilafah Islamiyah. Bola dunia yang hitam
berubah warna menjadi oranye. Al liwa dikibarkan. Dentum alat musik modern dari
Hari Mukti band (itu loh penyanyi rock itu) menambah keseruan perhelatan teater.
Mantaaaap.
Yang membuat Muktamar Khilafah 2013 lebih berkesan
adalah saya mendapatkan banyak teman baru. Walaupun kami sama-sama dari IPB,
banyak juga yang baru saya kenal. Ada Suci (FKH 46) dan Yuli (ARL 48) yang
masih secuil banget pengetahuannya tentang khilafah. Sama seperti saya. Bahkan
pengetahuan saya lebih dikit lagi. Senang sekali kami bisa berdiskusi berbagi
pendapat tentang khilafah.
Selain itu saya juga dapat kenalan baru.
Namanya Bunga. Asli dari Karawang. Umurnya saya taksir masih 5 tahun. “Bunga datang
kesini sama mama,” ujarnya dengan suara khas anak-anak yang imut banget. Terus
mamanya senyam-senyum ke saya karena saya fotoin anaknya terus. Hehe, maaf ya,
Bu. Saya minta izin anaknya mejeng di blog saya, ya Bu ^^
Dalam tulisan jelek saya tercatat diskusi
salah satu rombongan kami. Ia menjelaskan, “Dalam kekhalifahan nanti kemiskinan
itu tetap ada. Tapi yang ada itu kemiskinan relatif. Si A lebih kaya dari si B
karena usahanya berbeda. Itu relatif. Wajar. Yang tidak ada itu kemiskinan
mutlak. Insya Allah nanti tidak ada lagi orang yang kebutuhan sandang, pangan,
dan papannya tidak terpenuhi. Semuanya insya Allah terpenuhi. Kalau yang non
Muslim, gimana nasibnya kalau khilafah itu memimpin mereka? Khilafah itu
komitmen akan metodenya. Jika ada yang tidak mau ikut dengan aturan Islam,
tidak langsung diperangi. Nanti person to
person akan didakwahi tentang Islam dulu, diajak masuk Islam, namun tetap
tidak dipaksa masuk Islam. Rasulullah tidak pernah mengajarkan pemaksaan dalam
memasuki ajaran Islam. Non Muslim silahkan tetap menganut agamanya
masing-masing tapi harus ikut aturan Islam. Misalnya yang perempuan non Muslim
harus menutup auratnya kalau keluar rumah agar laki-laki Muslim tetap terjaga
pandangannya. Lagipula harga diri perempuan non Muslim juga ikut terjaga. Lalu
kalau non Muslim tetap keukeuh tidak
mau ikut aturan Islam setelah segala daya dan upaya dilakukan, baru boleh
diperangi. Aturan perang ini juga tidak asal tembak. Islam melarang membunuh
anak-anak, perempuan, orang lanjut usia yang non Muslim. Tidak seperti tentara
Amerika Serikat yang langsung memborbardir Afganistan. Tidak seperti Israel
yang kayak tidak punya nurani memerangi Palestina. Ketiga, saat khilafah berdiri
kesalahan itu tetap ada. Namanya juga manusia, ya tidak ada yang sempurna.
Namun sistem Islam bisa meminimalisir tindak kriminalitas, dari 13 abad
khilafah pernah berdiri, hanya ada 200 kasus kriminalitas yang terjadi di dunia.
Sistem Islam mampu membuat orang menyesali perbuatan jahatnya bahkan tanpa
diketahui orang lain. Sistem Islam pun mampu mencegah perbuatan jahat. Insya
Allah.”
Sebagai orang awam yang telah menjadi
korban pluralisme akhir-akhir ini, dan menjadi korban ilusi toleransi beragama
yang dikoar-koarkan sebuah organisasi, saya mendukung khilafah segera
ditegakkan di bumi. Al ummah turid
Khilafah Islamiyah! Insya Allah ^^
Nah, terus kita harus ngapain ya? Masa
teriak-teriak khilafah doang? Lalu, ada tidak yang bisa kita lakukan? Ooooh
banyak. Caranya tidak sekonyong-konyong angkat senjata dan membongkar
pemerintah. Kalimat gampangnya nih, kalau pemimpin kita masih sholat, ya harus
kita patuhi. Selain Allah dan RasulNya, kita juga wajib tunduk kepada Ulil
Amri. Kalau pemimpinnya rada melenceng sedikit dari aturan Islam (namanya juga
manusia, ada salahnya), ya harus diingatkan agar peraturan yang dibuatnya tidak
lagi melanggar aturan Islam. Disinilah pentingnya para ulama sebagai pengontrol
pemerintah.
Jadi teroris? No no no. Allah SWT melarang kita untuk meminta, mendekati, bahkan
bertindak yang tidak syar’i untuk kematian. Misalnya bom bunuh diri. Waduh.
Dosa banget itu. Bunuh diri pula ckckck. Perang? Hm … sebagai warga Indonesia
yang sedang tidak diperangi secara fisik, kita tidak diwajibkan berperang,
kecuali warga Palestina dan lainnya yang memang wajib perang untuk membela diri
(dan termasuk dosa kalau warga Palestina tidak ikut perang). Itu setahu saya,
sih.
Lah, terus kita harus bagaimana?
Kalian yang kuliah dan bekerja di bidang
perekonomian, misalnya bank, keren banget kalau kalian bisa menghapuskan bunga
bank yang tergolong riba dan diharamkan oleh Allah SWT. Yang bergelut di bidang
pertanian, kalian bisa membuat sebuah sistem pertanian yang jauh dari
kecurangan. Misalnya bagaimana caranya bikin sistem irigasi yang secara adil
dapat menyebarkan air ke sawah di desa-desa, atau membuat teknik pengendalian
hama dan penyakit tanaman yang menguntungkan semua umat di bumi (tidak hanya
memberikan produksi melimpah dan mampu memenuhi kebutuhan pangan manusia,
tetapi juga tidak mendzalimi kehidupan serangga, tanah, cacing, tanamannya, dan
makhluk Allah lainnya). Yang jadi ibu rumah tangga pun punya andil dalam
menyambut khilafah. Ibu rumah tangga itu sekolah pertama bagi anak. Dia yang berpengaruh
besar dalam pembentukan karakter penerus bangsa. Yuk kenalkan kepada anak
tentang Islam (saya belum punya anak, ini akan jadi PR saya kedepannya insya
Allah). Allah SWT menakdirkan kita mempelajari dan masuk di bidang tertentu
pasti ada tujuan dan manfaatnya. Banyak yang bisa kita lakukan. Jangan ngomong
doang. My last, al ummah turid Khilafah
Islamiyah with do our best syar’i ^^
Namaku nampang *langsung keliatan :D
ReplyDeleteSubahanallah, barakallahu, Allahu akbar!!!
Al ummah turiid khilafah Islamiyah, bukan yang lain. Semoga Allah menurunkan pertolongannya segera atas perjuangan ini, aamiin...
aamiin ^^
DeletesubhanaAllah..
ReplyDeleteLuar biasa tulisannya.
Tulisan yang lahir dari hati dan sampai ke hati juga..
:)
terima kasih dek felycitia yang ketemu di LSI ^^
Deletebener nisa, siapa sih yang gak rindu khilafah? semoga khilafah yang dirindukan, segera tegak kembali. di Jogja kemaren juga ada acara semacam ini, merinding dengan teriakan takbir dan khilafahnya...
ReplyDeletebagus tulisan-tulisanmu. keep writing. :)