Setiap manusia itu berbeda. Jalur sidik di jari mereka tidak sama. Definisi penting yang mereka anut tidak jarang saling dipertanyakan. Karena mereka manusia, punya kepentingan yang penting masing-masing. Kata manusia A, "Karena kita berbeda, maka kita harus bicara. Supaya kita sama-sama tahu, harus ada yang diungkapkan." Lalu kalau sudah tahu, kenapa?
Manusia bernama Senja akhirnya berbicara dengan Panca dalam edisi Firasat di Rectoverso, "Kalau mendengar saja cukup, kenapa harus dipaksakan bicara?"
Manusia bernama Senja akhirnya berbicara dengan Panca dalam edisi Firasat di Rectoverso, "Kalau mendengar saja cukup, kenapa harus dipaksakan bicara?"
Memang manusia perlu mulut untuk berbicara. Namun harus ada telinga juga hati untuk mendengarkan. Sayang, karena mendengarkan adalah kata kerja 'pasif', hanya pendengar yang tahu apa yang sebenarnya mau dikatakan tapi tertolak di kerongkongan.
Ketika beliau bertanya, "Buat apa, sih?" Seketika mata merahnya membulat juga menambahkan kata. Saya mendengarkan saja. Hanya pakai telinga. Ribuan pertanyaan tercipta. Namun itu milik hati yang memilih mendengar. Dan sulit.
punya film rectoverso?
ReplyDeleteadek gue yang punya kak. not recommended sih film-nya. biasa aja. lebih enak baca bukunya.
Deletepadahal film na banyak dapat penghargaan tuh
ReplyDeleteyah selera gue beda mungkin dibanding selera juri perfilm-an -.-'
ReplyDelete