3/9/13

Bahati Mbaya

Waktu itu dia takut sekali. Sekali takut langsung takut sekali. Segalanya sudah ia perhitungkan. Kapan ia harus menyiapkan buku-buku. Kapan ia harus mengambil handuk. Kapan ia harus memulai perjalanan bersama ayahnya. Jeda yang sudah ia ukur dengan jedameter khayalan, harusnya mengantarkan ia melakukan perjalanan sendiri. Tapi Sang Pemilik Jeda memutuskan lain. Dia tidak sendiri. Jadinya dia takut. Takut sekali. Sekali takut, takut sekali.

Hilang Pijakan

Roda empat melajukan dia ke tempat biasa, tapi alam yang tidak biasa. Bibir-bibir bicara sendiri. Neuron-neuron berlarian tidak tentu arah. Jari-jari berketuk tidak berirama. Pohon-pohon berkelebat menampar kewarasan. Dia gila. Gila sendiri.

Dia seperti pohon yang ditinggalkan daun. Tinggal menunggu tumbang. Dia seperti patung doyong di galeri nasional. Tinggal menunggu ditebang.

No comments:

Post a Comment