Pagi di Kampung Gunung Mas, Desa Tugu
Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor sukses membuat saya kembali
meringkuk selepas subuh, tenggelam dalam hangatnya selimut tebal. Hawa sisa
semalam mendinginkan besi bingkai kasur. Saya bergerak ke kiri dan kanan,
mencari posisi yang enak agar tidak satu pun dingin menaikkan bulu kuduk. Dari
celah tirai ungu yang terbuka, terlihat sekelompok ibu dengan gendongan khasnya
berjalan berbaris menerobos sejuk yang menusuk tulang menuju lanskap perkebunan
teh. Merekalah yang disebut para pemetik teh.
Kabut hari itu tidak setebal hari kemarin,
tapi tetap mengganggu pandangan saya mendaki bukit. Oksigen yang tipis
mengeringkan hidung. Suara batuk saya menggenapi dengung orkestra burung kebun.
Sesekali saya bertemu rombongan pemetik teh. Sambil tersenyum, mereka mengajak,
“Istirahat dulu, neng. Jangan dipaksa.” Saya mengangguk saja dan terus
melangkah. Tidak jarang kaki saya terpeleset saat menyebrangi sungai bekas
longsoran tengah malam 4 Januari 2013 silam. Musibah malam jum’at itu kini
dimanfaatkan warga untuk memecah batu longsor dan menjualnya sebagai bahan
bangunan.
|
Prasasti Batu Longsor |
|
Bekas Longsoran |
Tidak ada lelah di lukisan wajah para
pemetik teh. Padahal, berjalan saja mereka membungkuk. Keranjang besar berisi
daun teh membebani tulang punggung. Satu daun teh memang tidak berat. Kalau
satu keranjang? Mungkin ada seribu daun disana. Mereka saja bisa sesantai itu
mendaki bukit, menghalau batang-batang teh yang membuat lebam kulit paha, tidak
goyah berdiri di kemiringan yang curam. Dan yeah, kalau saya diizinkan main
gender, mereka semua perempuan! Masa saya yang hanya membawa tas saja sudah
menyerah? -___-
|
Pemetik Teh |
|
Rest Time |
|
Bercengkrama |
|
Pipi Merah |
|
Menunggu Truk Pengangkut |
Tiga bulan penelitian lapang di kebun teh
memberikan saya pengalaman berharga. Pelajaran hidup tentang keikhlasan dalam
bekerja. Kalau kamu mau belajar ikhlas, saya rekomendasikan sekolah lah ke
perkebunan teh (kalau ada yang mau menginap di rumah salah satu pekerja disana,
monggo bisa menghubungi saya ^^).
Lihat bagaimana keringat meluncur dari balik caping lebar para pemetik teh
sedangkan tidak ada peluh di antara sela bibir bergincu. Rasakan bagaimana
mereka menahan panas matahari sedang mereka harus tetap memakai baju panjang
biar kulit tidak gosong. Amati bagaimana merahnya pipi-pipi mereka, bukan
karena tersentuh blush on, melainkan
hasil reaksi sinar ultraviolet dengan kulit putih mereka yang mulus. Perhatikan
cara mereka berjalan dengan sepatu boot agar terhindar dari lintah, hewan
pengisap darah manusia. Ikuti jalan pikiran mereka saat tersadar bahwa
penghasilan dari memetik teh tidak mencukupi kebutuhan sehar-hari dan mereka
harus mencari cara lain agar bisa memetik rupiah dan menyekolahkan anaknya.
Lalu dari mana penghasilan tambahan
mereka? Sepulang menimbang daun teh hasil petikan hari itu, tidak sedikit
perempuan-perempuan itu mengambil kayu bakar dari hutan dekat kebun. Selain
sebagai bahan bakar memasak, kayu tersebut juga bisa dijual. Ada juga yang
mengambil kulit kayu tertentu dan benalu teh untuk dijadikan obat tradisional. Yang
menarik perhatian saya adalah sebagian besar rumah pekerja kebun teh terdapat
sarang lebahnya. Madu hutan yang dipanen tiap kali ada yang mau beli menjadi
sumber penghasilan tambahan mereka. Hanya saja ya itu, penghasilan ini sifatnya
kondisional, kalau ada yang mau beli saja.
|
Menimbang |
|
Membawa Kayu |
|
Sarang Lebah |
Di ujung siang, mereka kembali dari kebun
menuju rumah. Tidak ada waktu untuk berlama-lama istirahat. Asap dapur mereka
harus mengepul agar cacing di perut suami dan anak-anak tidak protes. Menjelang
sore, mereka juga harus menyiapkan anak-anaknya yang akan berangkat mengaji di
langgar dekat rumah mereka, mengambil jemuran yang sudah kering, atau mencuci
di kamar mandi umum. Langit hitam yang menggantung mengantarkan malam ke
peraduan, suatu sisa hari dimana para perempuan-perempuan tangguh itu
merenggangkan otot sebelum pagi buta mengomando mereka berjalan bersisian
mendaki perbukitan kebun teh.
|
Halaman Belakang |
|
Hasil Tebang Hari Ini |
|
Bermain Kuda |
|
Bersepeda |
|
Bersiap Mengaji |
Oia, jangan lupa baca tulisan saya yang berjudul
Memetik Pucuk Kehidupan 1: Menegakkan Benang Basah(?) disini ya ^^
No comments:
Post a Comment