Jika bersabar membuat mukenamu basah,
tidak mengapa. Lepaskan saja. Allah yang Maha Pendengar adalah tempat bercerita
yang paling baik. Ia akan mendengar apapun, tanpa memerdulikan kecacatan
kisahmu, karena kamu manusia, karena kamu punya cacat. Maka di akhir ceritamu,
mintalah akhir yang terbaik. Allah pasti mendengar permintaanmu.
Allah Maha Tahu kedalaman hatimu. Allah
Maha Tahu. Dari hatimu yang rapuh, ada setitik harap yang kamu impikan bisa
menjawab semua tanya, Allah Tahu itu. Allah Maha Tahu bagaimana nantimu. Maka bersabarlah
dalam menanti, karena Allah Dekat denganmu. Ketika kamu berjalan sendiri di
peron kereta, Allah bersisian denganmu, lebih dekat dari yang kamu bayangkan.
Bahkan ketika kamu berbisik dengan gelombang suaramu yang paling rendah dan
suaramu tenggelam dalam peluit masinis, Allah Tahu itu, Allah sangat Tahu
kalimatmu, karena Allah Dekat.
Bimbang itu sifat manusiamu. Satu waktu
kamu merasa tanda itu menuju kesitu. Satu waktu kamu mengira tidak. Iya atau
tidak. Atau di-iya-iya-kan. Juga di-tidak-tidak-kan. Layaknya kamu berjalan di
gurun. Kamu melihat sumber air dengan dua pandangan: fatamorgana atau benar
sebuah surga di tengah dahaga. Mungkin mendekat akan memberimu sebuah tahu. Ya,
mungkin mendekat akan memberimu jawaban, tentang tanya yang selama ini kamu
gaungkan: benarkah punggung itu, Tuhan?
Tapi mendekat jangan sampai melenakan.
Karena yang melihat sumber air di padang gurun tidak hanya kamu, tetapi juga
hyena liar yang mudah saja menerkammu. Maka di realita ini, mendekat juga
jangan sampai melenakan. Melupakanmu tentang musuh-musuh nyata. Setan, kamu
tahu itu namanya. Maka mendekatlah dengan pertahananmu yang paling canggih.
Mendekatlah bersama Allah Yang Maha Dekat.
Suatu hari kamu
berlirih, “I have to go to somewhere. I
want to ask and get the answer. Tapi kemana?” Ya, tapi kemana? ‘Tapi
kemana’ adalah jawaban kemana kamu harus pergi. ‘Tapi kemana’ adalah
pemahamanmu, bahwa kemana pun kamu, kamu juga akan ingin kemana-mana yang lain.
‘Tapi kemana’ berarti kamu tidak perlu kemana-mana. Dimanapun kamu, itulah
kemanamu. Kamu tidak perlu kemana-mana, karena jawabanmu dekat. Jawabanmu ada
di dirimu, di kedalaman hatimu. Hanya saja, sekarang ini sedang ada tabir yang
menutup kedalaman hatimu. Tabir yang berupa iya atau tidak. Tabir yang berupa
menang atau kalah. Tabir yang harusnya kamu sibakkan sehingga kamu tahu jawaban
benarkah punggung itu, Tuhan?
No comments:
Post a Comment