Hai, siapa pun!
Satu, dua, tiga, atau empat.
Mungkin lebih dari itu. Entahlah, saya tak pernah menghitungnya. Diantara semua
angka yang ada di salah satu planet di galaksi Bima Sakti. Sejumlah yang
tersebut. Sejak saya SD hingga kuliah. Diantara teman-teman saya, pernah
menyebut saya “Jerapah”. Entah berapa orang.
Kenapa? Karena saya tinggi. Dan
bukan rahasia lagi, jerapah adalah binatang yang tinggi. Satwa darat paling
tinggi di dunia.
Terlepas dari itu, saya merasa
ejekan itu ada benarnya juga.
Saya seorang jerapah dengan
tanda kutip dua mengapitnya. Hihihi. Jerapah. Dengan leher jenjangnya, ia dapat
memakan pucuk daun di pohon tertinggi. Sendiri. Tanpa bantuan apa dan siapa
pun. Ia juga mudah menjangkau permukaan. Memanjakan lidahnya dengan belaian
rumput segar. Atau sekadar berkenalan dengan serangga tanah. Semuanya berada
dalam jangkauannya.
Tak jarang terlintas di
pikiran saya, bahwa segalanya harus dalam jangkauan saya. Perlahan, sifat
inilah yang menjengkelkan diri saya sendiri. Saya selalu mencari. Tidak pernah merasa
telah menemukan. Membuat saya lelah. Namun tidak pernah mau berhenti.
Dan kadang, ibarat warna, saya
ini abu-abu. Sulit mengontrol diri untuk menjadi putih. Tapi juga tidak mau
menjadi hitam. Tapi kata Ayah, “Jadi orang jangan terlalu idealis.” Di matanya
yang mulai menua, tidak salah berwarna abu-abu.
Saya
si Jerapah berbulu abu-abu. Salam kenal, siapa saja!
Blogger baru yaa?? Salam kenal, lanjutkan menulisnya.. ^^
ReplyDeleteMampir2 juga yaa
http://forsum.wordpress.com/