Minggu pagi ini dapat
gambar lucu dari suami via Whatsapp. Memang sudah jadi kebiasaan kami kalau
pagi-pagi mengirim gambar lucu atau motivasi. Kami sama-sama makhluk visual
(walaupun suami lebih visual sekali). Kata-kata semangat lebih masuk ke ingatan
bila disajikan dalam bentuk gambar, tidak hanya sekedar tulisan klise “Semangat
ya sayang” hehehe. Mungkin kalian bisa coba. Eits. Ke pasangan halal loh ya,
bukan ke pasangan yang dihalal-halalkan. Dan terima kasih kepada penemu media
sosial Whatsapp. Ia telah membantu saya berkomunikasi dengan suami yang jauh di
pedalaman sana. Hai suami, kamu nggak ditawan orang utan kan?
Ini gambarnya:
Lucu toh? |
Dan bukannya
berterima kasih lalu memberi kecupan, saya malah jawab begini ke suami,”
Hahahaha tapi realistis juga kali punya mimpi. Ga mungkin badak bisa jadi
unicorn.” -_-
Suami membalas, “Setidaknya
kita mencotoh kekuatan tekad si badaknya.” Hehehe suami bijak banget sih.
Saya bertepuk tangan.
Suami bertanya, “Jadi
mimpi kamu apa?”
“Rifa tuh suka banget
tanyain cita-citaku walau jawabanku selalu sama hahaha. Penulis dan fotografer.
Mimpi kamu apa?”
“Jadi pengusaha. Pengen
banget nampung kawan di kampung, jadi mereka gak perlu jauh kerja ke Malaysia.
Kasihan keluarganya.”
Lalu saya mengirim
emoticon jempol dan tangan meninju. Semoga pukulan semangat dariku tersampaikan
ya, sayang.
Tentang mimpi dan
cita-cita. Rifa, murid kelas 1 SMP hobi banget menanyakan cita-cita saya. Dengan
enteng saya menjawab dua pekerjaan yang ingin saya lakukan mengisi sisa hidup
saya di dunia. Tak lama setelah menjawab saya berpikir, “Tapi apa yang
kulakukan selama ini? Kamu bahkan memanggilku Ibu Guru.”
Belum ada buku yang
kutulis dan dibaca banyak orang. Tulisan-tulisan saya hanya bersarang di blog
saja. Itu pun bisa kuhitung jari siapa yang langganan membaca blog ini. Suami berada
dalam jari pertama hehehe.
Lalu fotografer. Mana
hasil jepretanku? Hanya dipajang di halaman facebook dan instagram. Kalaupun dicetak,
hanya nangkring di kumpulan foto milik sendiri. Itu juga tidak disimpan dalam
album, hanya plastik transparan yang lusuh. Keinginan membuat pameran pribadi
di Taman Kencana waktu kuliah dulu masih angan-angan saja.
Mungkin ada juga
sebagian dari kalian yang berpikir sama. Masih belum bisa melakukan hal yang
benar-benar kita inginkan. Masih terjerat dalam lingkaran realita: duduk di
belakang meja kerja, terpaksa bercinta dengan angka-angka yang memenjara
imajinasi. Masih terikat dalam sesak pikiran: hasilkan saja uang untuk
keluargamu. Dan kakimu terseok kelelahan sendirian.
Suami pernah bilang, “Yang
penting kamu nulis, sayang.”
Hhmmm iya sih. Tapi waktu
saya hampir habis dengan aktivitas yang guru-guru lakukan. Pengen banget nulis,
tapi sudah capek. Hehehe ini mah alasan aja kayaknya. Secapek apapun, kalaupun
memang ide itu lewat, pasti ditulis sampai tengah malam. Aaaahh, kangen sekali
masa-masa dimana saya harus beradu mulut dengan orangtua yang mengingatkan
untuk tidur sedangkan pikiran saya liar di depan laptop dengan jari-jari
merangkai kata yang ingin dituang otak. Hhhmmm.
Namun sebenarnya, ada
satu lagi pikiran yang membisik setelah Rifa bertanya cita-cita. “Apakah saya
masih bisa bercita-cita? Dengan yang kulakukan sekarang, apakah saya masih
boleh bermimpi?” Kurasa, mimpi dan cita-cita tidak seperti makanan. Ia tidak
punya tanggal kadaluarsa. Seuzur apapun manusia, tentu ia boleh bermimpi dan
bercita-cita.
Seorang kakek yang
menghabiskan masa mudanya sebagai petani masih boleh bermimpi menjadi tentara. Ia
bisa mengajarkan cucunya hidup disiplin seperti tentara, bahkan benar-benar
menjadikan cucunya sebagai tentara. Bukankan kakek itu juga telah mewujudkan
mimpinya, meski orang lain yang mewujudkannya? Bukankah itu tidak hina?
Bahkan seekor badak
berusaha keras untuk menjadi unicorn. Kamu yang menyia-siakan waktu, malu dong
sama badak!
Jadi Nis, selagi kamu
belum jadi kakek-kakek. Eh nenek-nenek, maksudnya. Silahkan deh itu penulis dan
fotografer dikejar sekencang-kencangnya. Menulisa saja. Memotret saja. Kamu nggak
tahu nanti akan bagaimana toh? Persiapkan saja. Jangan sampai mimpi itu datang
tapi kamu tidak punya tangan untuk menggenggam.
Hehe,, jadi mari kita mulai nulis dan jepret
ReplyDeleteSia of India - Tithi Art
ReplyDelete› tithi-art › sia-of-india- › tithi-art › sia-of-india- Tithi Art - titanium blue आर्ट्ट्का गणेपंबां गणेपंबां titanium nipple rings - गणेपंबां गणेपंबां revlon titanium max edition गणेपंबां - गणेपंबां - गणेपंबां titanium knee replacement - columbia titanium jacket गणेपं�