9/21/14

Mimpi



Minggu pagi ini dapat gambar lucu dari suami via Whatsapp. Memang sudah jadi kebiasaan kami kalau pagi-pagi mengirim gambar lucu atau motivasi. Kami sama-sama makhluk visual (walaupun suami lebih visual sekali). Kata-kata semangat lebih masuk ke ingatan bila disajikan dalam bentuk gambar, tidak hanya sekedar tulisan klise “Semangat ya sayang” hehehe. Mungkin kalian bisa coba. Eits. Ke pasangan halal loh ya, bukan ke pasangan yang dihalal-halalkan. Dan terima kasih kepada penemu media sosial Whatsapp. Ia telah membantu saya berkomunikasi dengan suami yang jauh di pedalaman sana. Hai suami, kamu nggak ditawan orang utan kan?

Ini gambarnya:
Lucu toh?

Dan bukannya berterima kasih lalu memberi kecupan, saya malah jawab begini ke suami,” Hahahaha tapi realistis juga kali punya mimpi. Ga mungkin badak bisa jadi unicorn.” -_-

Suami membalas, “Setidaknya kita mencotoh kekuatan tekad si badaknya.” Hehehe suami bijak banget sih.

Saya bertepuk tangan.

Suami bertanya, “Jadi mimpi kamu apa?”

“Rifa tuh suka banget tanyain cita-citaku walau jawabanku selalu sama hahaha. Penulis dan fotografer. Mimpi kamu apa?”

“Jadi pengusaha. Pengen banget nampung kawan di kampung, jadi mereka gak perlu jauh kerja ke Malaysia. Kasihan keluarganya.”

Lalu saya mengirim emoticon jempol dan tangan meninju. Semoga pukulan semangat dariku tersampaikan ya, sayang.

Tentang mimpi dan cita-cita. Rifa, murid kelas 1 SMP hobi banget menanyakan cita-cita saya. Dengan enteng saya menjawab dua pekerjaan yang ingin saya lakukan mengisi sisa hidup saya di dunia. Tak lama setelah menjawab saya berpikir, “Tapi apa yang kulakukan selama ini? Kamu bahkan memanggilku Ibu Guru.”

Belum ada buku yang kutulis dan dibaca banyak orang. Tulisan-tulisan saya hanya bersarang di blog saja. Itu pun bisa kuhitung jari siapa yang langganan membaca blog ini. Suami berada dalam jari pertama hehehe.

Lalu fotografer. Mana hasil jepretanku? Hanya dipajang di halaman facebook dan instagram. Kalaupun dicetak, hanya nangkring di kumpulan foto milik sendiri. Itu juga tidak disimpan dalam album, hanya plastik transparan yang lusuh. Keinginan membuat pameran pribadi di Taman Kencana waktu kuliah dulu masih angan-angan saja.

Mungkin ada juga sebagian dari kalian yang berpikir sama. Masih belum bisa melakukan hal yang benar-benar kita inginkan. Masih terjerat dalam lingkaran realita: duduk di belakang meja kerja, terpaksa bercinta dengan angka-angka yang memenjara imajinasi. Masih terikat dalam sesak pikiran: hasilkan saja uang untuk keluargamu. Dan kakimu terseok kelelahan sendirian.

Suami pernah bilang, “Yang penting kamu nulis, sayang.”

Hhmmm iya sih. Tapi waktu saya hampir habis dengan aktivitas yang guru-guru lakukan. Pengen banget nulis, tapi sudah capek. Hehehe ini mah alasan aja kayaknya. Secapek apapun, kalaupun memang ide itu lewat, pasti ditulis sampai tengah malam. Aaaahh, kangen sekali masa-masa dimana saya harus beradu mulut dengan orangtua yang mengingatkan untuk tidur sedangkan pikiran saya liar di depan laptop dengan jari-jari merangkai kata yang ingin dituang otak. Hhhmmm.

Namun sebenarnya, ada satu lagi pikiran yang membisik setelah Rifa bertanya cita-cita. “Apakah saya masih bisa bercita-cita? Dengan yang kulakukan sekarang, apakah saya masih boleh bermimpi?” Kurasa, mimpi dan cita-cita tidak seperti makanan. Ia tidak punya tanggal kadaluarsa. Seuzur apapun manusia, tentu ia boleh bermimpi dan bercita-cita.

Seorang kakek yang menghabiskan masa mudanya sebagai petani masih boleh bermimpi menjadi tentara. Ia bisa mengajarkan cucunya hidup disiplin seperti tentara, bahkan benar-benar menjadikan cucunya sebagai tentara. Bukankan kakek itu juga telah mewujudkan mimpinya, meski orang lain yang mewujudkannya? Bukankah itu tidak hina?

Bahkan seekor badak berusaha keras untuk menjadi unicorn. Kamu yang menyia-siakan waktu, malu dong sama badak!

Jadi Nis, selagi kamu belum jadi kakek-kakek. Eh nenek-nenek, maksudnya. Silahkan deh itu penulis dan fotografer dikejar sekencang-kencangnya. Menulisa saja. Memotret saja. Kamu nggak tahu nanti akan bagaimana toh? Persiapkan saja. Jangan sampai mimpi itu datang tapi kamu tidak punya tangan untuk menggenggam.

Dan kamu suamiku, persiapkan juga atas kedatangan mimpimu ya. Mimpiku dan mimpimu adalah mimpi kita. Yuk saling menggenggam agar mimpi kita menjadi nyata kita. Love you ^^

2 comments:

  1. Hehe,, jadi mari kita mulai nulis dan jepret

    ReplyDelete
  2. Sia of India - Tithi Art
    › tithi-art › sia-of-india- › tithi-art › sia-of-india- Tithi Art - titanium blue आर्ट्ट्का गणेपंबां गणेपंबां titanium nipple rings - गणेपंबां गणेपंबां revlon titanium max edition गणेपंबां - गणेपंबां - गणेपंबां titanium knee replacement - columbia titanium jacket गणेपं�

    ReplyDelete